“Peraturan nomor 1. Kalau ketemu kakak kelas harus selalu nyapa. Perturan nomor 2. Kakak senior selalu benar. Peraturan ke 3. Kalau kakak senior melakukan kesalahan, lihat nomor 2. Peraturan terakhir. Kalau kakak senior benar-benar salah, lihat peraturan nomor 2. Mengerti kalian semua???” kata seorang kakak MOS kepada anak-anak kelas 1 yang baru saja memasuki dunia SMP.
Apaan sih? Cuma beda seragam doang. Dia uda pake putih biru, gue masih pake seragam putih merah. Kenapa sih peraturan sekolah sini tuh aneh banget? Masa MOS pake seragam lama?? Gila aja kali ya. Hhh… Kata Vivi dalam hati.
Hari ini memang hari kedua Vivi menginjakkan kakinya di dunia SMP. Sudah lama sekali Vivi menanti-nantikan saat-saat ini. Saat-saat di mana ia sudah mulai memasuki masa-masa peralihan dari anak kecil menjadi remaja. Tapi ternyata, hari-hari yang dinanti-nantikan Vivi menjadi malapetaka baginya.
“Hhh.. Bete banget gak sih?? Dari kemaren kita dibentak-bentak doang. Emangnya kita babu apa?” kata seseorang yang duduk di sebelah Vivi. Dia teman sekelompok Vivi, Lia namanya. Mereka sama-sama berada di kelompok Red Phoenix. Kelompok yang terbilang yahhh… gak ada asik-asiknya lah..
“Iya nihh. Serasa mau mati gue. Mana kemaren gue baru tidur jam 1 lagi gara-gara bikin tugas. Banyak banget gila.” Kata Vivi berbisik kepada Lia. Bisa gawat nih kalo ketauan kakak senior mereka lagi ngobrol begini.
“Lo masih mending kali Vi. Gw tidur jam setengah 2. Gue tuh lupa ada tugas bikin cerita lucu, jadi yah gw maen-maen gitu sampe jam 11. Eh tau-taunya. Masih ada tugas lagi. Agghhh… Serasa mau mati nih gue.”
“Diam semua!!!”teriak salah satu kakak senior yang bias terbilang yahhh… ga jelek lah. Malah bisa dibilang cakep. Buktinya saja, Vivi sudah tertarik dengan kakak senior itu dari hari pertama MOS. Raditya namanya. Panggilannya Radit. Dia cowo yang paling menarik perhatian Vivi selama MOS ini. Radit anak basket, baik, pintar, sopan, jago bermain piano. Pokoknya perfect abis deh!! Sayangnyaa…”Jangan ada yang ngobrol! saya gak mau lagi terdengar suara-suara walaupun sekecil apapun. Enak yah, ada orang yang lagi ngomong di depan kalian juga ngomong di belakang! Belajar menghargai orang ngomong!!” tuhhh kan… Dia galak.
Hari ini hari Senin, bertepatan dengan hari kedua Vivi menjalani MOS. Hari ini mereka diwajibkan dating lebih pagi karena harus mengikuti upacara. Tetapi sepertinya Vivi benar-benar dating terlalu pagi. Jadi yang sudah dating masih bisa dihutng memakai jari tangan.
Hhh… Masi sepi gini.. tau kayak gini mending gw sarapan dulu kek.. Apa kek.. Yaudah lah.. Tidur dulu aja gue. Tadi malem gw tidur pagi. Capekk banget ih.
“Hei. Kamu uda sarapan belom?” kata seorang anak lelaki kepada Vivi. Vivi yang tadinya menyandarkan kepalanya di bangku depannya, langsung mendongakkan kepalanya. Siapa yahh?? Pikirnya.”Uda sarapan blum?”
Hah?! Ternyata sosok laki-laki itu adalah Radit, sang kakak senior yang dikagumi Vivi. Vivi tadinya sempata bingung harus berbiara apa. Tetapi akhirnya keluar juga sepatah kata dari mulut Vivi.”Belum, kak.”kata Vivi demikian.
“Mendingan kamu makan sekarang. Bawa kan bekal yang ditugasin? Nanti kamu pingsan loh. Soalnya nanti yang jadi Pembina upacara Pak Step, biasanya sih lama. Mending makan sekarang. Masih keburu kok.”jelas Radit. Vivi yang tak tahu harus berbuat apa, langsung patuh. Ia mengambil bekalnya dn mulai membukanya.
“Coba saya periksa dulu.”kata Radit. Lalu Vivi pun menyodorkan kotak bekalnya kepada Radit. Dan Radit pun mengecek apakah bekal Vivi sudah sesuai dengan tugasnya atau belum. Setelah itu Radit memberikan bekalnya lagi kepada Vivi.
“Yasudah. Makan sana.”kata Radit.
“Iya kak.”kata Vivi yang masih merasa bahwa dadanya berdebar-debar saat diperhatikan oleh Radit seperti itu. Be calm, Vi.. Be calm. Kata Vivi dalam hati. Ia serasa tak kuasa menahan perasaannya saat itu. Lalu Vivi memutuskan untuk makan. Radit pun pergi menjauh.
“Oh iya!! Jangan dimakan semuanya yah. Nanti kamu gak ada bekal untuk nanti siang.”kata Radit belakangan.
“Iya kak.”senyum Vivi. Ooohhh bahagianyaaaa..
Hari ketiga MOS, terasa lebih melelahkan daripada hari-hari sebelumnya. Kesehatan Vivi sudah mulai melemah. Tapi Vivi tetap bertahan untuk mengikuti MOS ini. Ternyata, walaupun ia diberi tugas yang banyak, dan tak jarang pula dihukum dan dibentak-bentak, Vivi merasa enjoy pada saat MOS. Ia bisa berteman dengan teman-teman baru.
“Tugas buat besok. 1. Bawa air 1 liter. 2. Bawa indomie rasa ikan hiu. 3. Bawa susu coklat rasa stroberi. 4. ........” kata seorang kakak senior yang sedang membacakan tugas yang harus dibawa oleh adik-adik kelas yang sedang di MOS.”… buat surat cinta kepada salah satu kakak senior. Yang cowo diberi cap hati, yang cewe pakai cap bibir kalian sendiri.”
Tugas terakhir dari kakak senior, disambut oleh adik-adik kelasnya dengan keramaian. Lalu, Grace, sang ketua OSIS menyuruh mereka diam. “Jangan rebut semuanya. Jangan ngeluh yah kalo dikasih tugas. Baru dikasih tugas segini aja uda ngeluh. Bagaimana mau jadi anak SMP?”Bentakan dari Grace membuat semuanya hening sejenak. Grace memang baik, tetapi ia sangat tegas. Dan kalau marah, jangan ditanya deh. Bener-bener nyeremin!!
Duhh. Mati gue!! Surat cinta?? Gilaaa… Gue aja blom pernah bikin buat orang yang gue suka. Tapi sekarang gue disuruh bikin buat kakak senior. Tuh orang uda gila kali yah. Emang dia kira bikin surat cinta gampang apa? Mana musti pake cap bibir segala lagi. Ihhh….Apa-apaan sih tu kakak senior??
Di rumah, Vivi udah mau gila rasanya bikin surat cinta. Bahkan ia tak tahu harus memberiakn surat cintanya kepada siapa. Sebenarnya ia ingin memberikan surat cinta itu kepada Raditya. Tapi ia terlalu malu. Takut. Akhirnya ia memutuskan untuk memutuskan menelepon temannya, Celinne.
“Halo. Cel. Lw uda buat blom surat cinta?”kata Vivi di telepon.
“Cel? Oh. Sebentar yah. Dipanggilin dulu.” Kata orang dari seberang sana.
Duhh. Mampus gue. Salah orang. Gw kira itu si Celinne. Pasti cici nya deh. Suara mereka kan mirip banget. Duhh. Gimana nih? Gw malu.
“Halo??”kata orang dari esberang telepon.
“Ini Celinne kan??”Tanya Vivi ragu-ragu. Dia gak mau kalo ampe dia salah lagi. Maluuuu!!! Hehe..
“Iye.. Napa Vi?”Tanya celinne. Tak biasanya malam-malam begini Vivi menelpon kalau tidak ada yang penting.
“Mmmm.. Gw bingung banget nihh. Buat surat cintanya gimana sih? Lo bisa gak?”Tanya Vivi sedikit mengharap. Semoga saja Celinne mau membuatkan surat cinta Vivi. Hanya berharap. Tak ada salahnya kan??
“Mmm.. Gue sih baru mau buat. Emang buat sapa lo mau kasih tu surat cinta? Radit? Haha..”kata Celinne yang tahu benar kalo sobatnya ini kagum pada kakak senior mereka.
Vivi pun terdiam. Lalu ia berpikir sejenak. Kalomemang tugas, mau surat cinta itu beneran mau engga juga gak bakal ketahuan kan?
“Iya deh. Gue bikin buat Radit aje. Lagian kan emang tugas ini. Emang wajib bikin kan? Gak bakal ketauan kali ya kalo gue emang suka sama dia??”Tanya Vivi untuk memastikan lagi. Dia mulai menghapus keragu-raguannya.”Yaudah deh Lin. Gue bikin dulu aja kali ye. Thanks yoo”
“Ok.. Met bikin yahh Vi.. Sampe ketemu besok..” lalu Celinne pun menutup teleponnya.
Kerja keras nih. Pikir Vivi.
Lalu Vivi mulai menulis..
Kak, terima kasih atas bimbingan kakak selama MOS ini. Terima kasih atas semua tugas-tugas yang kakak berikan kepada saya. Terima kasih atas semuanya, kak.
Saya sebenarnya suka sekali terhadap kakak. Sifat kakak yang baik, ramah, dan ceria walaupun sedang mengahadapi anak-anak kelas 1. Saya juga suka sekali terhadap sifat kakak yang tidak membeda-bedakan siswa baru.
Kiranya saya juga mohon kerja samanya atas MOS ini.
Terima kasih Kak!!
Vivi
Kok berantakan gini yahh?? Tau ah. Ga peduli. Yang penting gue bikin. Sekarang tinggalcap bibir deh. Gampang juga ternyata. Hehe… hoaaahhm.. sekarang uda jam berapa yah?? Mati!! Jam 3! Mending gue tidur deh secepatnya.
“Sekarang kumpulkan semua tugas ke kakak pembimbing kelompok kalian masing-masing.” Kata kakak senior yang bernama Aldo.”Lalu Vivi dan teman-temannya langsung menuruti perintah yang diberikan kak Aldo. Yang pertama mereka kumpulkan adalah surat cinta. Lalu menyusul susu stroberi rasa coklat, yang ternyata susu coklat botol, yang ditempeli label stroberi. Tak lama kemudian, indomie rasa ikan hiu. Yang sudah bisa ditebak diberi label besar-besar bertuliskan “IKAN HIU”.
“Li. Mati gue. Kita disuruhnya indomie rasa ikan hiu kan yah?”Tanya Vivi panik kepada Lia. Ia terlihat bingung. Lia yang melihat temannya kebingungan itu pun ikut bingung.
“Iya. Emang napa Vi? Lo kok bingung gitu sih tampangnya?”Tanya Lia.
“Mati gue. Gue bawanya rasa ikan paus! Duh, gimana nih??”Tanya Vivi tambah panik. Kak Aldo juga sudah mendekat ke barisan Vivi untuk mengecek tugas mereka. Vivi memang ceroboh, semua orang tau itu kecuali kakak-kakak senior.
“Mana tugas kamu?”kata Kak Aldo kepada Vivi. Lalu Vivi pun menyerahkan tugasnya kepada Aldo. Dan saat ia melihat tugas Vivi…”Loh.. Kok ini ikan paus? Kan seharusnya ikan hiu.”
“Maaf kak. Sepertinya saya salah tulis.”jelas Vivi sambil menunduk. Sepertinya ia sedikit takut.
“Woi. Gimana nih? Ikan paus, bukan hiu. Gimana nih?”teriak Aldo kepada teman-teman kakak senior yang lain. Dan Radit menoleh.
“Kenapa Do?” Tanya Radit kepada Aldo
“Biasa.. Salah tugas. Dia walah bawa ikan paus, bukan hiu. Gimana nih? Diitung salah ato ga?” Tanya Aldo ketika Radit mendekat. Pipi Vivi sudah mulai memerah. Bego gue. Gila. Malu banget kalii. Kata Vivi dalam hati. Ia tak berani menoleh kea rah Radit.
Radit pun tersenyum. Senyuman penuh arti yang tidak dapat dijelaskan oleh Vivi.”Kamu siapa?”Tanya Radit kepada Vivi.
“Vivi, kak.” Kata Vivi sambil tertunduk. Dia tak berani mendongakkan kepalanya.
“Yaudah lah Do. Kasian. Tar biar gue aja yang ngomong sama si Grace. Gampang kan??” kata Radit sembari pergi menjauh.
Hati Vivi berbunga-bunga setelah kejadian tadi siang. Akhirnya Raditnya menanyakan namanya juga. Walaupun sebenarnya itu hanyalah hal biasa, tapi bagi Vivi itu luar biasa. Akhirnya Vivi pun tak bisa tidur semalaman.
1 bulan sudah berlalu semenjak MOS usai. Mereka sudah disibukkan oleh tugas-tugas yang menumpuk. Vivi masih menyukai Radit. Terkadang Radit juga mencuri pandang ke Vivi. Dan Vivi pun melakukan hal yang sama. Tanpa pernah berkomunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung.
“Vi. Lo masih suka sama Radit?” kata Celinne memecah keheningan. Saat ini mereka sedang makan bakso di kantin. Menu favorit semua orang di sekolah Vivi.
“Masih lah. Emang kenapa Lin?” Tanya vivi setelah selesai mengunyah.
“Lo jangan sedih ya Vi. Masih banyak kok di luar sana yang pasti nanti suka sama lo.” Kata Celinne.
Vivi yang tak mengerti, bingung. Maksudnya apa ish ni orang?? “duh. To the point aja dong lin..”pinta Vivi kepada Celinne.
“Gini Vi. Ternyata.. Radit uda punya cewe. Dan menurut sumber terpercaya, dia tuh orangnya playboy. Jadi ga bakal betah sama 1 cewe lebih dari 2 minggu.”
“Ga mungkin. Gue gak percaya.”kata Vivi.
“Lo liat arah jam 3. Dia lagi sama Stella kan, kakak kelas kita. Lo ga liat, minggu lalu dia masih sama Cheryl??”jelas Celinne. Lalu dia merasakan perubahan raut wajah Vivi. Dia hamper mengangis. “Jangan nangis dong,Vi.. Masih banyak ikan di laut.. Masih banyak kok cowo laen yang lebih baik dari dia. Gue bantu cariin deh Vi.”
“Thanks banget yahh Lin. Lo emang temen gue yang paling bae. Tapi untuk sementara gue kapok suka sama orang. Cinta pertama gue abis di tengah jalan gini aja.”kata Vivi.
“Yaudah deh Vi. Asal lo inget 1 hal, gue selalu bakal ada nemenin lo kapan pun. Jadi kalo ada apa-apa lo tinggal kasi tau gue. Gue bakal jadi sobat lo yang setia 24jam”
“Sok banget lo. Tapi thanks yah. Gw seneng banget punya sobat kayak lo.”
[T H E E N D]
31.08.08
4.10.08
cinta pertama di tahun pertama
Langganan:
Posting Komentar (Atom)



0 comments:
Posting Komentar